Cinta kepada Allah adalah posisi yang
orang-orang pada berlomba-lomba. Kepadanya orang-orang bekerja dan orang
menyingsingkan baju untuk menggapai ilmunya, kepadanya berbagai macam cara
(dilakukannya) dengan ruh nan harum orang-orang ahli ibadah merasa tenang.
Ia adalah bekal hati dan makanan ruh. Pelipur mata dan orang-orang yang
tercinta.
Ia adalah kehidupan, barangsiapa yang
terhalang (untuk mendapatkannya) maka dia termasuk kategori orang yang mati.
(Ia adalah) Cahaya barangsiapa yang kehilangan, maka dia di lautan
kegelapan. Ia obat barangsiapa yang tidak mendapatkannya, maka dihatinya
banyak penyakit. Ia adalah kenikmatan, berangsiapa yang tidak
mendapatkannya, maka seluruh kehidupannya adalah gelisah dan sakit.
Dan ia adalah ruh keimanan dan amal
perbuatan, posisi dan kondisi. Kapan saja ia hilang darinya, maka bagaikan
tubuh tanpa ruh. Ya Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yang Anda
cintai.
Kecintaan kepada Allah ada tanda dan
sebab-sebabnya bagaikan kunci untuk pintu, diantara sebab-
sebab: Mengikuti petunjuk Nabi sallallahu’alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman
dalam KitabNya nan Mulia, ‘Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.’ SQ. Ali Imron: 31.
Tunduk terhadap orang-orang mukmin dan merasa
jaya terhadap orang-orang kafir serta berjihad di jalan Allah dan tidak
takut melainkan kepadaNya Subhanahu. Allah telah menyebtkan sifat-sifat ini
dalam satu ayat. Allah berfirman:
يا أيها الذين آمنوا من يرتد منكم عن دينه فسوف يأتي الله بقوم
يحبهم ويحبونه أذلة على المؤمنين أعزة على الكافرين يجاهدون في سبيل الله ولا
يخافون لومة لائم
“Hai
orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai
mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang
yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad
dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.”
SQ. Al-Maidah: 54.
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan
sifat-sifat kaum yang dicintai. Sifat pertama adalah tawadhu’ (rendah hati)
dan tidak sombong kepada orang Islam. Dan mereka merasa jaya (lebih tinggi)
kepada orang-orang kafir. Jangan hina dan merendah kepada mereka. Mereka
berjihad di jalan Allah. Berjihad kepada syetan, orang-orang kafir,
orang-orang munafik, orang fasik, jihad pada diri sendiri. Dan mereka tidak
takut terhadap celaan orang yang mencela. Ketika telah menunaikan
perintah-perintah agamanya, maka tidak terpengaruh siapa yang menghina atau
mencelanya.
menunaikan yang sunnah-sunnah. Allah
Ta’ala berfirman dalam hadits Qudsi: ‘Dan hambaKu senantiasa mendekatkan
diri kepadaKu dengan sunnah-sunnah sampai Saya mencintainya.’ Diantara yang
sunnah-sunnah itu adalah sunnah shalat, shadaqah, umrah, haji dan puasa.
cinta, saling mengunjungi, saling
memberi dan saling memberi nasehat karena Allah.
Telah ada sifat-sifat ini dalam satu hadits
dari Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Tuhannya
Azza Wa Jalla berfirman: “Telah terealisasi kecintaan-Ku untuk orang-orang
yang mencintai karena-Ku. Telah terealisasi kecintaan-Ku bagi orang-orang
yang saling berkunjung karena-Ku. Dan telah terealisasi kecintaan-Ku kepada
orang yang saling memberi karena-Ku, dan telah terealisasi kecintaan-Ku bagi
orang-orang yang saling menyambung karena diri-Ku.’ HR. Ahmad, 4/386. Dan
5/236. Dan ‘Tanasuh karangan Ibnu Hibban, 3/338. Dan dishohehkan kedua
hadits Syekh Al-Bany di shoheh At-Targib wa At-Tarhib, 3019, 3020, 3021.
Makna ‘Al-Mutazawirina fiyya’ yakni
berkunjung sebagian kepada sebagian lainnya dikarenakan untukNya, mencari
keredoanNya dikarenakan kecintaan kepadaNya atau saling membantu dalam
ketaatan-Nya.
Ungkapan firman tabaroka Wa Ta’ala ‘Wal
mutabazilin Fiyya’ yakni mengdermakan dirinya dalam menggapai keredoanNya.
Dengan sepakat berjihad kepada musuh-Nya atau selain dari itu dari apa yang
diperintahkannya. Selesai dari kitab ‘AL-Muntaqa Syarkh Al-Muwato’ hadits
no. 1779.
Ujian, musibah dan cobaan untuk seorang
hamba. Ia adalah merupakan tanda kecintaan Allah kepadanya. Yang mana ia
seperti obat, meskipun pahit, akan tetapi anda hidangkan kepada pahitnya itu
kepada orang yang anda cintai. –Maha suci Allah dari contoh yang agung-
dalam hadits shoheh:
" إنَّ عِظم الجزاء من عظم البلاء ، وإنَّ الله عز وجل إذا أحب
قوماً ابتلاهم ، فمن رضي فله الرضا ، ومن سخط فله السخط " رواه الترمذي ( 2396
) وابن ماجه ( 4031
)
“Sesungguhnya agungnya balasan dari besarnya
cobaan. Dan sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla ketika mencintai suatu kaum,
maka Dia akan diujinya. Barangsiapa yang redo, maka dia mendapatkan
keredoaan. Barangsiapa yang murka, maka dia mendapatkan kemurkaan. HR.
Tirmizi, 2396 dan Ibnu Majah, 4031 dan dishohehkan oleh Al-Albany.
Turunnya ujian itu kebaikan untuk orang
mukmin daripada disimpan untuk siksaan di akhirat. Bagaimana tidak, karena
di dalamnya dapat meninggikan derajat dan menghapus kesalahan. Nabi
sallallahu’alaihi wa sallam:
إذا أراد الله بعبده الخير عجَّل له العقوبة في الدنيا ، وإذا
أراد بعبده الشر أمسك عنه بذنبـــه حتى يوافيه به يوم القيامة " رواه الترمذي
(2396) و صححه الشيخ الألباني
“Kalau Allah menghendaki kebaikan kedapa
hambaNya, maka akan disegerakan hukumannya di dunia, kalau mengingikan
kepada hambaNya kejelekan, maka ditahan (siksanya) dikarenkan dosanya sampai
terpenuhi nanti di hari kiamat.” HR. Tirmizi, 2396. Dishohehkan oleh Syekh
AL-Albny.
Ahli ilmu menjelaskan bahwa siksa yang
ditahan adalah orang munafik, karena Allah menahannya di dunia agar
ditunaikan secara sempurna dosanya nanti di hari kiamat. Ya Allah jadikanlah
kami termasuk orang-orang yang Anda cintai.
Kalau Allah telah mencintai anda, maka anda
jangan bertanya kebaikan yang akan anda peroleh. Keutamaan yang akan anda
dapatkan. Cukup bagi anda bahwa anda termasuk kekasih Allah. Diantara buah
yang agung kecintaan Allah kepada hambaNya adalah berikut ini:
Pertama, kecintaan orang kepadanya dan
mendapatkan penerimaan di bumi. Sebagaimana dalam hadits Bukhori, 3209.
إذا أحبَّ الله العبد نادى جبريل إن الله يحب فلاناً فأحببه
فيحبه جبريل فينادي جبريل في أهل السماء إن الله يحب فلانا فأحبوه فيحبه أهل
السماء ثم يوضع له القبول في الأرض
"
“Kalau Allah mencintai seorang hamba, Jibril
menyeru ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia. Maka
Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyeru penduduk langit, ‘Sesungguhnya
Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia. Maka penduduk langit
mencintainya. Kemudian ditaruh baginya penerimaan di bumi.”
Kedua, apa yang disebutkan oleh Allah
Subhanahu dalam hadits Qudsi dari keutamaan-keutamaan nan agung yang
didapatkan oleh orang dicintainya.
فعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا
فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ
أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي
يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ
كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ
وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ
سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيذَنَّهُ وَمَا
تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ
يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ " رواه البخاري 6502
“Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata,
Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah
berfirman, ‘Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Saya izinkan
kepadanya untuk memeranginya. Dan apa yang (dipersembahkan) hambaKu dengan
mendekatkan diri dengan sesuatu yang lebih Saya cintai dari apa yang Saya
wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku senantiasas mendekatkan diri kepada-Ku
dengan (ibadah-ibadah) sunnah sampai Saya mencintainya. Kalau sudah Saya
cintai, maka Saya (memberikan taufik) kepada pengdengarannya yang digunakan
untuk mendengar. Dan penglihatannya yang digunakan untuk melihat. Tangannya
yang digunakan untuk memukul. Dan kakinya yang digunakan untuk berjalan.
Kalau dia meminta kepadaKu, (pasti) akan Saya beri. Kalau dia meminta
perlindungan kepadaKu, pasati akan Saya lindungi. Dan Saya tidak
mengakhirkan serta berhenti seperti berhenti keraguan dalam urusan Saya yang
melakukannya kecuali ketika mencabut jiwa hambaKu orang mukmin, (Saya
berhenti agar mudah dan hatinya condong untuk rindu menggapai jalan
orang-orang yang mendekatkan diri di golongan orang-orang tinggi
(kedudukannya). Dan Saya tidak ingin menyakitinnya (dengan mencabut nyawanya
agar mendapatkan rakmat dan pengampunan dan menikmati kenikmatan surga). HR.
Bukhori, 6502.
Hadits Qudsi ini mengandung berbagai macam
manfaat terkait kecintaan Allah kepada hambaNya:
1.Saya
pendengarannya yang digunakan untuk mendengar, maksudnya adalah tidak
mendengarkan kecuali apa yang dicintai oleh Allah.
2.Dan
penglihatannya yang digunakan untuk melihat’ yakni tidak melihat kecuali apa
yang dicintai oleh Allah
3.Tangannya
yang digunakan untuk memukul’ yakni tangannya tidak digunakan kecuali apa
yang Allah redoi
4.Kakinya yang
digunakan untuk melangkah’ maka tidak pergi kecuali apa yang Allah cintai
5.Kalau dia
memintaku, pasti akan Saya berikan’ maka doanya di dengarkan dan
permintaannya akan dikabulkan
6.Kalau dia
meminta perlindunganKu, maka akan Saya lindungi’ dia terjanga dengan
penjagaan Allah dari segala kejelekan.
Kami memohon kepada Allah agar mendapatkan
taufik dan keredoan-Nya.
Wallahu’alam
.
0 komentar:
Posting Komentar