Minggu, 15 November 2015

Dark life journey towards the divine light

Perjalanan Hidup yang Gelap Menuju Cahaya Illahi

Indonesia negaranya jawa barat provinsinya pangandaran kabupatennya Rumah Sakit ciamis tempat lahirnya, Selasa tanggal 31 juli tahun 1996 pukul 23.00 WIB sedang langit keadaan tak menampakan cahaya mataharinya, seorang ibu dia yang mencintai aku sebelum aku lahir dia wanita yg memeluk hatiku jauh sebelum aku terbentuk. Dia wanita yang mengenalkan aku tentang dunia tempat sementara ku mencari bekal untuk kembali kepada maha yang menciptakanku. Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga aku memanggilnya mamah. Mamahku bernama Siti Nurhayati seorang wanita keturunan darah jawa Djogjakarta bertubuh tinggi besar berkulit putih langsat bermata 4 karna dengan tambahan kaca mata minus yang dipakainya berbentuk mirip jengkol. Sebelumnya ibuku adalah wanita tbondol, berparas seperti orang melayu. Namun alhamdulillah kini ia sudah bisa mencoba mengenakan hijabnya.
Dalam alquran surat An-Naba;08 allah menciptakan manusia secara berpasang-pasangan, begitu pula mamah. Allah memberi pasangan nya yaitu bapak. Bapakku adalah suami ke 2 mamah. Bapakku bernama Ade Enduy Sudrajat seorang pria tinggi sedang berkulit putih langsat berkumis agak tebal selalu memakai gesper kulit di pingggangnya tak lupa dengan topi yang menutupi jidatnya (katanya biar keren). Bapakku adalah pria keturunan tanah sunda ciamis pangandaran beliaulah pangeran abadi dihatiku hhhe. Bapak kini berprofesi sebagai wiraswasta, pertama bapak mempunyai profesi sebagaiomboy selalu mencukur rambut dengan modelmandor di kantor pembangunan jalan tol PT. Hutama karya, bekerja hampir kurang lebih selama 5 tahun. Namun pada tahun 1996 bapak memilih pensiun untuk pekerjaan yang tidak sesuai hobbynya. Bapak sangat hobby menyetir, dia lebih memilih menjadi driver, yang pertama ia coba adalah menjadi supir angkutan umum milik pamanku. Seiring berjalannya waktu bapak terlalu lelah jika harus menyetir angkutan umum membawa penumpang kawasan bogor pasar Anyar. Ia kini memilih menjadi supir pribadi tetangga dekat rumah, yang siap mengantar bosnya kemanapun bosnya membutuhkannya, paling sering ke luar kota kawasan bandung Garut Solo dan lainnya. Semua keluargaku yang memiliki kendaraan roda 4 bisa mengendalikannya berkat didikan bapak terutama adik bapak yg seorang janda harus pergi bolak balik menjalani pekerjaannya sebagai karyawan salon yang setiap harinya membawa mobil pribadi dari Bogor-Mentengbapak adalah supir idaman para tetangga menurut para tetangga bapak bisa menghibur orang didekatnya juga bisa mengasuh anak-anak yang masih balita.. Memang kenyataannya begitu, bapak adalah pria yang di waktu tertentu dapat menjelma menjadi seorang ibu.
Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Kalo udah ga saying & ga cinta ujungnya gamau kenal hhhe. Sebelum aku bercerita lebih jauh tentang siapa aku, maka aku akan memperkenalkan diri sebelumnya Nama Panjang ku Neng Hutami budiarti sugantini wonojdudo sisingowonorejo, nama pendeknya “neng” nama tersebut pemberian dari mamah,bapak,mbah. Nama neng yang berarti anak sunda, sedangkan hutami diambil dari nama perusahaan dulu waktu bapak berja, PT Hutama namun karna aku perempuan menjadi hutami. Hutami juga mempunyai arti anak yang utama. menurut guyonan bapak, nama Budiarti diambil dari nama bus jurusan depok pangandaran yang sering dijadikan kendaraaan umum langganan bapak bolak balik ke pangandaran saat itu.
Sebelum aku lahir, bapak sangat mendambakan anaknya seorang laki-laki katanya biar kalo nonton bola ada teman disampingnya, (guyonannya).
Allah yang menentukan, aku dikrodatkan sebagai perempuan. Namun dari kecil aku dididik dengan orang tuaku hampir seperti laki-laki, harus mampu menyetir sepeda yang tanpa keranjang sayur di depannya dan tanpa bantuan roda 4 melengkapinya, saat aku masih berumur 2 tahunan Pakaianku rata-rata bergambar power ranger, tomas dan lainnya. Setiap sebulan sekali bapak mencukur rambutku menyerupai laki-laki, karna ia takut melihat wanita berambut panjang. Traumanya masih berkelanjutan saat bapak masih kanak-kanak melihat sesosok wanita berambut panjang duduk di pohon. (merinding nyeritainnya hihihi) dengan rambutku yang mirip anak laki-laki banyak mereka menjulukiku sebagai perempuan “tomboy”, karna teman kecilku mayoritas laki-laki.
Keluarga ku keluarga broken home, sejak umurku 2 tahun keluarga ku sudah jauh dari kata harmonis. Pernikahan bapak dan mamah tidak dapat terselamatkan, Bahkan pernikahan mereka pun awalnya tidak mendapati restu dari budehku. entah alasannya apa, sebab itulah mulai timbul titik kehancuran akan keluargaku. Pertengkaran terjadi setiap bapak pulang dari jakarta. Aku mempunyai 3 orang kakak yang berbeda ayah, mamahku mempunyai 3 oranganak dari suami pertamanya, yang pertama adalah teh Sri, teh sri sudah menikah dan tinggal di Purwokerto bersama suaminya, mempunyai 2 orang anak perempuan bernama syifa dan ayu mereka masih duduk di sekolah dasar. Kakak kedua ku bernama Jajang ia kini tinggal di Riau, a jajang hidupnya sangatlah sengsara lebih dariku, waktu kecil dia tinggal bersama orang tua angkatnya. Mamah dan bapak udin sibuk dengan urusannya masing-masing. Namun alhamdulillah sekarang a jajang telah hidup sukses menjadi pegawai tetap di Riau, hidupnya terjamin. A jajang mempunyai 2 orang anak perempuan sama dengan teh sri. Sayang sungguh sayang, aku belum pernahbertemu dengan a jajang juga anak istrinya, sejak umur ku 2 tahun kami berpisah. Hanya lewat facebook kami dapat berkomunikasi. Kakak ku yang ke-3 bernama teh Dede Yana, dia tinggal di tangerang, alhamdulillah aku pernah berjumpa dengannya sewaktu kami merayakan hari raya idul fitri di Kampung halaman. teh dede mempunyai 3 orang anak mereka duduk di bangku SD dan SMP.
Kisah sedihku di waktu kecil. Siang itu saat bapak tidak berada di rumah, aku sedang dalam keadaan tidur, tiba-tiba mamah membawa seorang teman laki-lakinya kerumah. Mamah menggendongku dan menaruh aku ke dalam lemari kayu berisikan baju. Selama hampir 2 hari aku dikurungnya. Sedangkan mamah asyik dengan selingkuhannya dirumah. Entah sadar atau tidaknya mamah melakukan hal itu. Mungkin mamah sedang khilaf, hanya mengandalkan lubang- lubang rayap untuk aku bisa mempertahankan nyawaku. Saat itu aku masih berumur 2 tahun belum mengerti apayang mesti aku lakukan, hanya menangis sambil menyebut nama bapak. Hingga kini kejadian itu terkenang dalam memoriku, saat aku kini mulai dewasa dan membantah perintah bapak, aku selalu mengingat kejadian dimana aku mempertaruhkan nyawa sambil menyebut nama bapak sehingga rasa takut akan pergi jauh dari bapak timbul dengan sendirinya.
Berkat rahmat allah yang masih memberikan kesempatan aku hidup aku bisa terselamatkan. Sore itu ada seorang wanita parubaya datang kerumah menggledah rumah mencari ku didalamnya, katanya ia datang karna melihat kondisi rumah yang sangat sepi dengan pintu tidak terkunci, dan karna dari telfon bapak meminta tolong mbah jiran untuk menengok keadaanku. Mbah jiran adalah orang yang diandalkan bapak untuk menitipkannku selain pada mamah. Mbah jiran adalah sesosok pahlwan untukku “nenekku pahlawanku” kalo kata wali band hhhe. Mbah jiran sangat pusing mencari hingga ke kolong kolong kasur ujarnyanamun instingnya sangat kuat untuk mengecek lemari baju berukuran besar fikirnya aku mengumpat didalamnya. Dengan wajah pucat mbah jiran melihat kondisiku tak berdaya biru bagaikan mayat. Mbah jiran lalu membawa ku kerumah sakit terdekat dan menghubungi bapak supaya cepat pulang melihat keadaanku. Bapak pulang dengan dadakan buru-buru menengok aku dirumah sakit dengan tampang sedih dibarengi kekesalannya bapak memelukku.
Ternyata setelah bapak menghubungi mamah dengan disertai kata-kata kasarnya mamah menjelaskan bahwa mamah bosan denganbapak yang selalu jarang dirumah, ia lebih memilih pergi dengan selingkuhannya yang berkewarganegaraan malaysia. Mungkin mamah menikah siri dengan kekasihnya disana. Pesan mamah yang sangat jelas adalah mamah meminta diceraikan oleh bapak. Dengan penuh emosi kekecewaan dendam pilu sedih sakit hati dan lain sebagainya bapak dengan tegasnya menceraikan mamah dengan talak 3 nya. Perceraian mamah dan bapak hingga kini sebenarnya belum diurus hingga kantor pengadilan agama, entah apa hukumnya dalam islam jika yang terjadi fakta begitu adanya di dalam keluargaku. Setelah kejadian itu bapak memutuskan untuk pensiun dari kerja proyeknya, memilih membuka usaha warung kelontongan di depan rumah dihiasi kolam ikan yang cukup besar di depan warung. Aku hidup berdua dengan bapak menjalani hari-hari dengan penuh apa adanya. Setiap pagi sebelum membuka warung bapak rutin mengantar ku ke TK. Aku mulai dikenalkan baca tulis di usia ku masih berumur 3 tahun usia yang masih balita.Bapak selalu bangun pagi sebelum subuh menyiapkan sarapan dan bekal untukku. Sebelum bapak pulang setelah mengantarkanku bapak selalu berdialog dengan guru wali kelasku, bapak selalu menitipkan aku dengan wali kelasku supaya aku diberikan kasih sayang di tempat aku awal mengenal huruf. Bapak mempunyai kendaraan kesayangannya yaitu vespa berwarna biru dongker yang digunakan untuk mengantarkan aku ke sekolah. Namun pada tahun 2000 bapak menjual motor vespa kesayangannya untuk modal tambahan membeli barang dagangan warung.
Dengan pengorbanannya aku bisa hidup, dengan kesederhanaan aku hidup bersamanya. Kekacauanku semakin bertambah saat bapak melakukan hal yang sama seperti mamah, membawa teman perempuannya kerumah lalu diajak menikah siri olehnya. Hubungan tersebut tidaklah awet. Menurut bapak, bapak 8 kali menikah siri karna mencari ibu yang cocok denganku. Berjalannya waktu bapak memilihhijrah dari pangandaran, alasannya karna selalu teringat mamah.
Selesai aku lulus TK bapak memutuskan pindah ke bogor, sore itu bapak merapihkan baju-baju yang ada dilemari kedalam koper, dengan tampang sedihnya bapak menjual rumah tersebut. Untuk bekal nanti di kota orang. Bus Budiman berhenti tepat didepan rumah, sambil menggendongku dengan kain jarit di pinggul kirinya dan menggendong tas susu di lengan kirinya bapak menaiki bus. Ada teman bapak yang seorang kondektur bus membantu membawa koper bapak. Sambil di dalam bus menceritakan kegalauannya. Waktu subuh aku dan bapak sampai di rumah adik perempuan bapakku. Bibi adalah seorang janda yang suaminya meninggal karna serangan jantung, bibi mempunyai 1 anak perempuan bernama tiara, umurnya selisih 1 tahun denganku. Bibi menyuruh kami tinggal bersama, aku dan bapak disiapkan kamar di lantai 2 dengan kamar yang berukuran lumayan besar disertai ruang tv. Bibimenyambut kedatangan kami dengan kehangatan. Saat itu tiara masih malu-malu berkenalan denganku namun seiring berjalannya waktu kami dapat akrab menjalani aktivitas. Waktu itu bapak masih belum mempunyai pekerjaan, pamanku yang sekarang menggantikan posisi bapak sebagai mandor akhirnya membelikan angkot untuk modal bapak mencari nafkah, hasilnya dibagi 2. Setiap hari aku selalu ikut bapak menyupir angkutan umum duduk di bangku depan namun jika bosan pindah duduk dibelakang bagaikan penumpang. Jika mengingat hal dimana masa kecilku yang harusnya bermain boneka dengan teman sebaya harus ku habiskan menemani bapak disampingnya. Setiap penumpang yang diangkut bapak pasti selalu bertanya “bang itu anaknya? Ko diajak narik bang? Ibunya kemana?” tanya penumpang. “ibunya udah gak ada bu, sengaja saya bawa biar bisa kenal jalanan juga jadi penghibur saya kalo saya kecapean narik angkot” jawab bapak dengan halus. Aku yang waktu itu belum mengerti apa-apa, aku yangwaktu itu masih polosnya hanya bermain mengotak ngatik loker berisi obeng di samping tempat bapak menyetir. Makan diterminal bersama bapak adalah hal rutin yang kami lakukan saat siang bolong waktu jam istirahat. Minuman extra jos dan telur balado adalah pesanan rutinku. Di dalam angkot bapak selalu menyediakan minuman extra jos untukku. Selalu ku pandang wajah bapak ketika wajahnya mulai kelelahan, wajah yang membelang warnanya, sebagian kulit berwarna gelap karna terbakar sinar matahari. Bila Mengingat itu semua teriris hati ini. setiap menjelang isya kami pulang kerumah pamanku untuk memarkirkan mobil sambil beristirahat menikmati hidangan secangkir kopi dan gorengan yang disiapkan oleh mba wati pembantu dirumah paman. Tabungan bapak sudah mulai tercukupi akhirnya bapak memutuskan untuk mengontrak rumah di dekat rumah bibiku. Karna aku saat itu masih butuh mengenyam pendidikan, bibi melihat keadaanku dengan tidak tega, akhirnya bibi mengasuhkubersama tiara di sekolahkan ditempat yang sama. Tiara adalah anak tunggal bibiku tiara yatim sejak usia 2 tahun nama lengkapnya adalah Mutiara istiqomah Bachtiar, nama bachtiar diambil dari nama ayahnya yang berasal dari padang. ayahnya wafat pada usia 35 tahun. Aku dan tiara sama-sama merasakan kurangnya kasih sayang dari orang tua kami, namun tiara lebih beruntung bisa mendapatkan kasih sayang dari ibunya yang diberikan lebih. Hingga kelas 4 sd aku tidur selalu bersama bapak, tanpa elusan tangan dirambutku aku tidak mungkin bisa terpejam. Saat aku mulai besar bibi menyuruh bapak untuk menikah, akhirnya bapak menikah dengan mba wati pembantu dirumah paman,mba wati adalah wanita yang umurnya jauh lebih muda dengan bapakku,ia adalah janda muda beranak 1, dia bercerai dengan suaminya karna tak kuat melihat suaminya menjadi dukun dikampungnya, akhirnya ia pun merantau ke jakarta bersama temannya untuk menjadi pembantu rumah tangga, mba wanita awalnyasangatlah baik selalu memberikan sayangnya untukku sering aku diberi hadiah olehnya. namun setelah menikah siri dengan bapak, banyak yang berubah dari dirinya, Tanpa restu ku mereka menikah diam-diam setelah seminggu aku baru mengetahuinya saat aku disuruh bibi tidur dirumah bibi bersama tiara, malamnya aku pura-pura ke warung tapi aku pulang ke kontrakan tempat tinggal bapak, disitu aku melihat bapak sedang bersama mba wati. Dengan rasa kecemburuan dan kekesalan aku menangis lari kerumah bibi. Menangis tersedu-sedu, dengan penjelasan bibi aku dapat menerimanya namun tetap aku tidak mau tinggal bersama bapak dan ibu tiriku. Setiap pagi sebelum bapak bekerja bapak selalu mampir ke rumah bibi memberi uang jajan untuk aku sekolah juga tiara, padahal tanpa bapak memberi uang jajanpun aku masih bisa jajan dari uang yang bibi beri. hidupku bersama bibi lumayan tercukupi kasih sayang, bibi mempunyai pembantu yang ada dirumah. Setiap pagi menyiapkan sarapan untukku dan tiara, setiap pagi kami berangkat sekolah dengan berjalan kaki ramai-ramai saling samper-samperan kalo bahasa kampungnya. Saat di sekolah dasar aku jauh lebih aktif daripada tiara, tiara anak yang pemalu. Dia kurang mandiri karna ketergantungannya padaku, selalu saja ia harus ikut denganku dan meniruku, hingga segalanya pun tidak mau mandiri, aku ke rumah temanku dia pun pasti ingin ikut denganku, bibi yang melihatnya sangatlah merasakan risih karna melihat tingkah anaknya yang tau mau mandiri, akhirnya saat tiara duduk dikelas 4 sd, bibi memindahkan tiara di sekolah yang lebih unggul, setiap hari dijemput mobil sekolah, mulai dari pemisahan sekolah tiara mulai berubah menjadi mandiri prestasinya pun cukup unggul. Setiap hari aku selalu pulang lebih dulu aku tiba dirumah pukul 13.00 wib sedangkan tiara tiba pukul 14.00 wib karna harus mengelilingi rumah teman sekolahnya. Dipaksa keadaan karna dia pulang memakai jasa angkutan mobil sekolah, kebetulan tiara angkutan yang paling terakhir diantar pulangkarna rumahnya yang cukup jauh dari sekolah dibanding teman lainnya, setiap pulang sekolah kami selalu tidur siang bersama di sofa depan tv diruang tamu. Sudah menjadi kebiasaan kami tidur di sofa ruangan tv hingga pagi. Sedangkan bibi tidur menyendiri di kamar depan dan pembantunya tidur dikamar belakang.
Lucu memang, kisahku ini mirip sinetron kebanyakan orang mengatakan begitu. Saudaraku sudah faham dengan keadaan keluargaku, setiap sebulan sekali ada saja kerusuhan di dalam rumah, mba wati dan aku sering perang saling hantam pisau dan garpu. Mirip percis lagu “ ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja” tambahannya “anak kandungnya saja”. yaa mba wati menjemput anak kandungnya dari mantan suaminya untuk tinggal bersama bapak dirumah. Anaknya sangat tidak akur denganku, bahkan dengan ibunya pun berperilaku tidak sopan. Mungkin bisa dibilang diapun kurang didikan orang tuanya. Ia bernama elis, banyak tetangga yang bilang elis miripdenganku namun aku selalu menolaknya. aku sering meminta bapak untuk menceraikannya, namun omonganku dihiraukan bapak. Aku terlalu gondog dengan kejahatan ibu tiriku, ia tak pernah menyayangiku, jika ia masak selalu saja masakannya hanya disajikan untuk bapak dan anaknya, aku selalu tak diberinya. akhirnya aku makan selalu dirumah bibi. Oleh sebab itu aku lebih memilih tinggal dirumah bibi bersama tiara. Saat aku mulai tumbuh dewasa bapak selalu memberi uang jajan untukku dengan cara sembunyi-sembunyi seperti pura-pura membuang sampah kertas di kolong kasurku, menyelipkannya di bawah kasurku atau dibuku sekolahku. Bila ibu tiriku melihat bapak memberi uang lebih untukku maka dia akan memajang muka yang ketus, karna dia tidak rela bila bapak memberi uang jajan tidak disama ratakan dengan elis, padahal aku dengan elis kebutuhannya sangatlah berbeda. Mungkin bapak telah dibutakan cinta mba wati sehingga bapak pasrah dengan keadaan. Bapak sangat menyanyangi elis hingga bapak menyekolahkanelis namun hanya sampai SMP kelas 1, elis berhenti sekolah karna kemalasannya mengerjakan tugas-tugas sekolah bapak selalu berupaya mendorongnya untuk mau bangun pagi untuk berangkat sekolah namun elis tetap keukeh malas sekolah. Hingga akhirnya skrg dia tidak sekolah hanya berdiam dirumah menghabiskan waktunya untuk menonton tv bersama ibunya. Entah apa yang ada dalam fikirannya sehingga tidak mau hidup maju merubah nasibnya juga ibunya. Hanya mengandalkan bapak mereka bisa hidup. Ini kisah saat aku mulai melanjutkan pendidikanku SMP.
setelah selesai sekolah dasar malam itu aku menghampiri bapak yang sedang duduk menyendiri. “pak, neng boleh ngomongsesuatu?” tanyaku, “knapa neng” jawab bapakku dengan memegang cangkir kopi ditangannya, “mamah dimana sih pak? Neng pengen ketemu mamah,neng pengen kalo ngambil raport mamah yang ngambilin pak kaya temen-temen neng, bapak juga ga pernah ngambilin raport neng ke sekolah bahkan kalo ada rapat orang tua bapak ga pernah nyempetin, selalu bibi yang jadi wali” tanyaku sambil memainkan ibu jariku. “mamah sebenarnya ada neng, mamah ada di malaysia dari umur neng masih 2 tahun, kalo neng mau ketemu mamah neng mesti ke pangandaran ke rumah uwa atun, disana cara neng bisa ketemu mamah, selama ini bapak ga pernah mau cerita mamah kamu ada dimana karna bapak terlanjur sakit hati sama mamahmu, maafin bapak kalo selama ini nyembunyiin kenyataan belum bisa nemuin neng sama mamah, toh masih ada bibi yang sayang banget sama neng, bapak ga pernah dateng ke sekolah karna bapak sibuk narik angkot cari temen-temen neng lainnya yangrata-rata orang tuanya bisa bawa mobil ke sekolah uang makan, bapak juga takut neng malu punya bapak yang ga punya uang banyak kaya. Makanya biar bibi yang bapak suruh ambilin” jawab bapakku sambil mengelus kepalaku. dari perbincangan kami selama 2 jam, akhirnya aku di beri izin untuk melanjutkan sekolah ku di pangandaran, cara supaya aku bisa bertemu mamah.
adzan berkumandang setelah usai sholat subuh aku dan bapak pergi ke terminal Budiman mencari bus jurusan Depok-Pangandaran. Selama di bus aku tertidur pulas selama 6 jam perjalanan yg kami tempuh. Kami tiba disebuah rumah yang mempunyai halaman luas dengan banyak pohon pisang dan tanaman hias. “assalamualaikum” ucap bapak sambil mengetuk pintu. Seorang wanita muda berambut ikal memakai pakaian daster menyambut kami “walaikumsalam, cari siapa pak? Pasien yaa??” tanyanya, “bukan teh sayamau ketemu mba atun, saya ade, mba atunnya ada?” jawab bapakku, “ohh sumuhun ada pak, sebentar saya panggilkan” ternyata wanita tersebut adalah pembantu di rumah uwa. 1 menit kemudian datang seorang wanita yang mulai tampak menua menghampiri kami, ternyata itu uwa, kakak dari mamahku. “masyaallah ieu si neng de? Udah gede geuning?” kata uwa dengan wajah pangling melihat ku. Disitu bapak dan uwa saling berdialog sedangkan aku bermain didepan halaman uwa sambil tangan nakalku memetik bunga anggrek milik uwa. Hhhe nakal yaa. Dari perbincangan bapak dan uwa selama hampir 3 jam akhirnya uwa menyuruhku masuk dan menyuruhku berpamitan dengan bapak, aku masih ingat di waktu sore itu aku melihat wajah bapak mulai memerah menyembunyikan kesedihannya untuk berpisah denganku, aku menangis sambil memeluk bapak karna aku harus siap hidup jauh dari bapak. Berbeda kota.Aku berpamitan dengan bapak sambil mengantarnya ke halaman depan rumah uwa tempat jalan bus tujuan Depok melintas, aku mencium tangan bapak dan bapak mengusap kepalaku. Aku melambaikan tangan saat bapak berada di dalam bus. Bapak terlihat senyum padaku sambil menyembunyikan kesedihannya.
Dan akhirnya aku tinggal bersama Uwa, uwa mempunyai 3 orang anak, anak pertamanya bernama Bambang ia seorang perawat dirumah sakit Negara Filiphina dan menikah dengan wanita Filiphina. Anak keduanya bernama Dede sudah menikah dengan orang pribumi dari Pangandaran dan tinggal pisah dengan uwa. Anak ketiganya uwa adalah seorang dokter gigi bernama Yayoe tri ia belum menikah karna masih menunggu jodohnya yang datang dari allah, begitu katanya. Anak uwa keduanya hidup sukses menggapai cita-citanya. Namun teh dede gagal dalam menggapai cita-citanya, saat ia masih kuliah ia memilih untuk menikah. Anak-anak uwa pedulidengan keadaanku, mereka sering memberiku perhatian bahkan uang jajan saat uwa tak memberiku uang bekal sekolah. selama sebulan aku tinggal bersama uwa, uwa selalu mengabulkan apa yang ku mau. Namun semakin lama seiring berjalannya waktu permintaan ku tak pernah lagi di hiraukannya, setiap ucapannya adalah perintah bagiku, pembantu yang dulu bekerja dirumahnya telah diberhentikan uwa, dan aku yang menggantikan tugasnya. Setiap pagi jam 4 aku bangun untuk memasak nasi dan membereskan rumah uwa, yang mempunyai 6 ruangan, terdiri dari ruangan praktek dokter gigi,ruangan tamu, ruang tv atau ruang keluarga, ruang makan, ruang dapur, ruang garasi yang harus rutin disapu dan di pel. Belum lagi tambahan sebuah halaman depan dan halaman belakang yang cukup luas tempat tinggal binatang kambing,bebek, angsa ,ayamdan sapi peliharaan uwa. Dalam waktu 2 jam aku harus bisa menyelesaikannya, disaat semua masih dalam keadaan tidur dan hari masih keadaan gelap. mba tri dan uwa bangun setiap jam 5 untuk melaksanakan sholat subuh lalu biasanya melanjutkan tidurnya lagi hingga pukul 07.00 WIB waktu untuk siap-siap mba tri berangkat kerja dirumah sakit padaherang, jaraknya lumayan jauh menghabiskan waktu sejam perjalanan. Pukul 06.00 WIB waktu ku untuk siap-siap berangkat ke sekolah, perjalanan yang ditempuh setiap harinya cukup memakan waktu setengah jam menggunakan sepeda, sawah hijau nan luas adalah pemandangan yang aku santap setiap pagi hari menuju ke sekolah. Di sebuah pertigaan jalan menuju ke sekolah tampak teman-temanku berseragam putih biru dongker dengan sepedanya menunggu rombongan ku dari desa wonoharjo. Kami bagaikan rombongan pawai barongsai yang setiap paginya berangkat menaiki sepeda dengan barisan yang rapi menyusuri jalan. Pukul 13.00 WIB aku pulangdari sekolah setelah sholat dzuhur bersama, kegiatan ku yang dulunya saat masih SD tinggal bersama bibi dan tiara adalah tidur siang berubah saat aku tinggal dirumah uwa, aku diajarinya hidup prihatin. Seusai pulang sekolah aku beristirahat sejenak makan siang dan berganti pakaian untuk siap-siap mencari rumput di blakangan rumah uwa. Berpacu dengan rumput gatal, menahan panas terik matahari, menahan rasa sakit jika terkena arit bahkan bertatap-tatapan dengan binatang anjing liar yang suka mencari makanan di lahan kontrak. Sebutan lahan kontrak di pangandaran adalah sebuah ladang tempat orang-orang memanen air kelapa untuk bahan gula merah, mencari rumput, tempat orang membuat sebuah balong ikan yang setiap bulannya dipanen untuk dijual ke pasar ikan pangandaran. Uwa mempunyai kambing berjumlah 6 ekor, 2 ekor sapi, 8 ekor bebek dan 2 ekor angsa, 5 ekor ayam jago. tugasku adalah memberi makan semua binatang peliharaan uwa. Uwa sangat mengajarkan akuuntuk hidup mandiri, bekerja keras dan prihatin. Hampir setiap hari aku tak pernah diberi uang jajan untuk sekolah, aku disuruhnya rajin puasa dan membawa bekal dari rumah. Aku tak menganggapnya sebuah siksaan namun ku anggap sebuah pengorbanan untuk aku bisa bertemu dengan ibu kandungku. Kadang aku nakal, baju mamah yang ada di dalam lemari kiriman dari malaysia aku jual satu persatu hingga tersisa hanya beberapa saja, aku jual dipasar tempat baju-baju import dan paling sering aku tukarkan baju itu dengan gorengan di warung sekolahku. Penjual gorengan itu sering ku panggil bibi belum aku ketahui nama jelasnya. Bibi sangat tertarik dengan baju mamah yang aku tawarkan, sehingga bibi rela menukarkan gorengannya dengan baju mamah yang aku ambil di dalam lemari. Saat itu aku berfikir nakal karna aku terlalu sering melihat temanku jajan disekolah sedangkan aku hanya melongo di kelas. Duh jangan ditiru yaa, waktu itu aku khilaf, hhhe. mamah pernah menelfonku, mamah bilangmamah mengirimiku uang setiap bulannya untuk aku jajan, bahkan janji bapak pun begitu. Namun aku tak pernah menerima kiriman tersebut. Yayu dede yang selalu memperhatikan keadaanku dia memberi tahuku bahwa kiriman itu sebenarnya sudah sampai ditangan uwa, tapi entahlah ..... aku harus tetap berfikir husnudzon, mungkin uang kiriman tersebut untuk ditabung terlebih dahulu. Biarlah, fikir ku tanpa mempedulikan uang kiriman dari orang tuaku. Yang aku hanya inginkan saat itu adalah cepat-cepat bisa bertemu mamah dan kembali pulang ke Bogor sambil menggandeng mamah ke hadapan bapak.
Setiap malam aku tidur pukul 22.00 WIB sebelum tidur aku diam dikamar uwa untuk memijat kaki uwa, rutin aku lakukan setiap malam hingga uwa tertidur maka barulah aku bisa keluar kamar uwa, kaki uwa bengkak dan kaku sehingga perlu dipijat hingga melunak. Dibalik itu semua ada sebuah hikmah, aku jadibisa memijat orang sakit, orang yang masuk angin atau keseleo aku lumayan bisa mengatasi nyerinya. Mba tri rutin setiap hari sabtu ketika libur kerja meminta aku untuk mengurut sebagian tubuhnya yang pegal-pegal. Selesai aku mengurut tubuhnya yang pegal-pegal aku diberi uang jajan olehnya. uang itu aku gunakan untuk bekal di sekolah ketika aku tidak membawa bekal makan siang. Saat aku kelas 9 smp menjelang menunggu UN, aku ditimpa sebuah masalah yang tak ku kira sebelumnya, waktu subuh ada seorang wanita bertubuh tinggi besar masuk ke dalam kamar uwa dan sembunyi di dalamnya. Uwa tak memberi tahuku siapa wanita tersebut, hingga di sekolah pun aku memikirkan siapa wanita itu. Waktu aku pulang sekolah aku menemui wanita tersebut di dapur sedang memasak masakan sea food, aku mempunyai insting yang kuat yang mengatakan bahwa itu adalah mamah. Akhirnya firasat ku benar, wanita bertubuh tinggi besar memakai kacamata besarnya itu adalah ibu kandungku yang dulu menimangku saat aku masih belumbisa membuka mata. pekerjaan rutinku saat pulang sekolah tertunda hari itu karna aku menghabiskan waktu berdialog dengan ibu kandungku yang selama 14 tahun tak pernah jumpa, Air mataku mengalir tanpa henti, rasa bahagia bisa berjumpa dengan mamah. namun tiba-tiba suasana yang mengharukan tersebut berubah menjadi suasana ketegangan, uwa mengacaukannya. Entah apa yang ada difikiran uwa, begitu teganya mengacaukan kebahagiaanku. Uwa mengadukan aku menjual baju-baju mamah yang di dalam lemarinya. “tuh anakmu ti bandel, ngedoli klambi-klambimu sing nang lemari” kata uwa berbahasa jawa, yang artinya “tuh anakmu ti, ngejualin baju-baju mu yang dilemari”. Raut wajah mamah berubah, marah kesal juga ketus kepadaku, mamah merasa malu mempunyai anak bandel sepertiku, padahal mamah belum mendengarkan penjelasanku ketika itu, namun mamah langsung bertanya kepada ku tanpa panjang lebar. “neng mau pilih mamah atau bapak?Kalau neng pilih bapak, neng anggep mamah neng udah mati, sebaliknya kalo neng mau ikut mamah anggep bapak udah mati !!” ucapnya sambil duduk menatap mataku. Aku tertunduk menangis kebingungan mengapa saat aku bisa bertemu mamah malah bukan kebahagiaseutuhnya yang aku rasakan. Aku lalu menjawab aku lebih memilih bapak karna fikirku bapak yang telah mengasuhku sedari aku kecil. Bapak yang memberiku perhatian lebih dari mamah. Bapak yang rela berkorban untukku. Maka keputusan itu yang aku ambil. Mamah memberi uang Rp 500.000 untuk ongkos ku pulang ke rumah bapak di Bogor. Namun aku memikirkan Ujian Nasional ku di SMP, lalu aku menelfon bapak, aku mengadukan kepada bapak bahwa aku telah di usir dari rumah uwa, aku jelaskan semua yang terjadi saat itu, bapak menghela nafas dengan menasehatiku supaya jangan melakukan kesalahan seperti itu lagi. Soal mamah yang tak mau hidup damai dengan aku dan bapak, bapak bilang biarkan saja toh bapak dan mamah sudah saling mempunyaikeluarga masing-masing. Bapak menyuruhku untuk menyelesaikan ujian ku untuk kelulusan. Bapak memutuskan aku untuk mencari kos-kosan. Akhirnya aku ngekos di dekat rumah temanku di desa pagergunung 1 jam perjalanan dari kosan ke tempat sekolahku. Aku tinggal di kosan bersama 3 orang temanku yang juga dari perantauan kota banjar ciamis namun kita berbeda sekolah. Uang pemberian mamah ku pakai untuk membayar kosan dan membeli beberapa kebutuhan. Untuk selanjutnya bapak yang mengirimi ku uang lewat kantor pos di Pangandaran. Kehidupanku lumayan liar saat aku tinggal ngekos bersama teman-teman yang mereka mayoritas mempunyai kekasih lebih dari 2, aku masih bisa mencegah diriku untuk berpacaran seperti mereka karna aku takut, alasannya aku takut mengalami kejadian seperti teman-temanku. Yang akhirnya banyak dari temanku saat masih duduk di kelas 2 SMP menikah karna hamil di luar nikah. Sebabnya dari mereka karna kurangnya perlindungan dari orang tuanya. Terlalu dibebaskan pulang malamnongkrong di pinggir pantai bersama pacarnya. Aku sering di ejek karna aku tak pernah mempunyai pacar. Ada 2 orang laki-laki yang waktu itu umurnya jauh denganku tampangnya dewasa, dia menghubungi ku lewat handphone, dia mengetahui nomerku dari salah satu temanku. 2 orang itu berbeda daerah tinggalnya. Sebut saja namanya Anton dan Farid. Anton baru lulus SMA sedangkan Farid masih duduk di kelas 3 SMA di SMAN 1 pangandaran. Anton jatuh hati pada ku saat aku bermain di rumah Ani saudaranya. Waktu itu aku main dirumah Ani bersama temanku yang lain. Temanku saling berboncengan dengan pacarnya sedangkan aku dibonceng Ani waktu itu. Diam-diam Anton memperhatikanku dari jendela kamarnya melihat aku sendiri yang tak mempunyai pasangan. Anton menanyakan tentang aku pada Ani, dan Ani yang memberi nomerku padanya. Setiap hari Anton selalu tak lupa untuk sms ke nomer handphone ku “meud paghi tami  udah sarapan belum” begitu sms anton dengan ciri khas bahasa alaynya. Akujarang merespon smsnya hingga ia nekat datang ke kosan ku untuk dapat bisa berdialog denganku. Teman-temanku selalu mendorong ku keluar kamar untuk menemuinya, menurut temanku ia tampan dengan alis tebalnya juga keren dengan motor gedenya. Temanku memang selalu memandang laki-laki dari motornya terlebih dahulu. Aku sering menyesali akhlak ku bila mengingat masa-masa aku SMP. Aku ketularan teman-temanku waktu itu. Aku menjadi perempuan matre, setiap Anton meminta untuk menemui ku di kosan aku menyuruhnya membawa makanan-makanan pesanan teman-temanku juga pesanan ibu kosan  yaa aku tinggal 1 rumah dengan ibu kosan. Anton selalu mengabulkan apa yang aku mau. Waktu itu sedang musim durian dan harganya cukup mahal. Aku sangat ngiler durian ketika aku jalan-jalan sore ke pantai melewati tukang durian di pinggiran jalan. Tak disangka Anton peka dengan keinginanku, dia membawakanku 5 durian dibungkus kardus untuk dimakan bersama di kosan. Ibu kosan danteman-temanku merasa senang sehingga indri,gita,susi sering menyuruhku meminta cemilan untuk di kosan padanya. Pergaulanku sangatlah buruk ketika aku jauh dari pantauan kedua orang tuaku. Ibu kosanku pun tidak terlalu memperhatikanku. Aku pulang malam sehabis nongkrong dipantai setiap malam minggu bersama teman-temanku pun ia cuek tidak memberikan komentar marahnya karna aku pulang malam. Sehingga aku benar-benar merasa bebas. Oh yaa aku lupa dengan Farid, laki-laki yang masih duduk di kelas 3 SMA. Dia adalah anak tunggal, orang tuanya bekerja sebagai pengusaha ayam. Dia tinggal di Desa Parigi sangat jauh dengan tempat tinggal kosanku. Farid mempunyai tampang hitam manis, tingginya sama dengan Anton. Motornya mio matic sehingga aku tidak terlalu tertarik (maklum udah ketularan indri yang suka liat cowo dari motornya dulu, baru tampangnya hhhii). Duh jadi malu sendiri kalo harus nyeritain masa lalu SMP, namun itu kenyatannya. Bukan aib yang harus ditutupi, namun adalah sebuahpengalaman hidup yang aku alami waktu itu. Jangan ditiru yaaa,,
` Lanjut, Aku memperlakukan Anton dan Farid sama. Selalu aku didorong temanku untuk menguras dompetnya. Mereka selalu memberi ku kode untuk mengajakku berpacaran namun aku menolaknya karna aku berfikir aku takut terjadi hal yang sama seperti temanku yang sekarang memiliki anak. Padahal mereka harusnya masih harus mengemban pendidikan. Namun itulah kenyataan hidup di desa ku sekarang. Pergaulannya sangatlah dikatakan bebas, menikah muda pun atas dorongan orang tua mereka karna orang tua mereka yang kurang ekonominya untuk membiayai mereka sekolah lebih lanjut. aku diajak untuk berpacaran selalu menolak namun bila berteman aku selalu menerima. Anton dan Farid akhirnya sakit hati karna atas penolakanku, akhirnya kita hanya menjadi sebatas teman. Namun pada akhirnya Anton dijadikan kekasih ke 3 indri, (tepok jidat) hhhiisetiap malam minggu aku menghabiskan waktu di jalan tol yang belum jadi menghadap tepat ke arah pantai. Waktu itu aku menjadi wanita tomboy, pakaianku selalu memakai kaos hitam & celana jeans pendek. Walaupun aku menjadi wanita yang liar dalam pergaulan aku masih bisa menjaga diriku dari sentuhan pria nakal, mereka menghormatiku karna tau dengan keadaan orang tuaku. Aku tergabung dengan anak-anak Vespa juga Racing Community. Mereka sangat peduli dengan keadaan ku yang jauh dari perhatian orang tuaku. setiap jam 11 malam di malam minggu di jalan bundaran pantai barat, aku bersama teman-temanku mengadakan balapan motor racing yang bentuknya hanya seperti tulang-tulang tanpa dibalut daging. Motor mereka tidak ada yang berbentuk utuh, mereka merombaknya habis-habisan. Aku sering dipinjami motor dari salah satu temanku namanya Jamal, motornya dirombak habis sehingga ketika digunakan untuk balapan sangatlah ringan. Aku sangatmenyukai balapan motor. Waktu itu aku pernah memenangi pertandingan itu dan mendapat uang berjumlah Rp. 450.000 jamal menolak untuk dibagi dua, “sok jang maneh tam, jang meuli dahareun jeung sabun paranti di kosan” (“udah aja buat kamu tam, buat beli makanan sama sabun buat di kosan”) begitu ucapnya dengan gaya guyonannya. Jamal adalah sahabat ku yang sangat mengerti keadaan ku dia juga yang selalu menjagaku dari godaan pria yang mencoba nakal kepadaku. Aku menganggap Jamal bukan hanya sahabat namun seperti abangku sendiri. Jamal kini telah lulus dari SMK kelautannya, dia sudah sibuk berlayar ke keluar kota menjalani tugasnya seperti popeye di film kartun. sewaktu aku SMP aku pernah menjadi wakil OSIS, dipercaya untuk menjadi perwakilan sekolah setiap ada perlombaan, aku pernah menjadi juara 2 Story Telling Contest tingkat kabupaten ciamis, juara 1 lomba PASKIBRA tingkat kecamatan pangandaran. Peringkat 2 di kelas dari 40 murid. Juara 2 lomba volly di SMPN02 parigi. Banyak piagam yang aku kumpulkan sewaktu SMP namun piagam itu tertinggal di kosan sewaktu aku sudah kembali ke Bogor, sehingga tidak dapat ku tunjukan pada bapak. Kenakalanku di luar sekolah, aku tutupi dengan prestasiku di sekolah. Kenangan sewaktu SMP di kampungku sendiri tak pernah terlepas dari ingatanku itu semua menjadi pengalamanku untuk berubah menjadi manusia lebih baik. Madrasah Aliyah Aljihad Depok yang menjadi tempat aku melanjutkan pendidikan, bapak menyekolahkanku di sekolah yang berstandarkan agama islam, aku bersekolah di MA Aljihad diwajibkan berhijab, sebelumnya dengan keterpaksaan aku menjalani namun karna pendidikan di sekolah juga lingkunganyang baik aku terbiasa mengenakan hijabku walaupun waktu itu aku masih belum berakhlak baik. Ketika ada pelajaran Aqidah,fiqih,Bahasa arab dan pelajaran islam lainnya aku selalu menghindarinya karna sewaktu aku SMP aku tidak pernah memegang Al Quran lagi bahkan mukena pun jarang aku sentuh. Begitu hinanya diri ini. Aku buta akan tulisan arab, aku buta membaca Quran, aku lupa dengan bacaan sholat. Aku beruntung disekolahkan di Madrasah Aliyah, sholat dhuha menjadi sebuah kewajiban setiap sebelum masuk kelas, membaca surat-surat Alquran sebelum belajar menjadi rutinitas kami. Ada guru spesial yang mendidikku supaya bisa membaca tulis AlQuran, beliau bernama Ummi Dian, beliau mengajar di mata pelajaran bahasa arab. Sering aku tidak mengumpulkan tugas ketika diberi tugas olehnya. nilai ku buruk dimata pelajarannya. Namun beliau justru mencari ku dan memaksaku untuk mau tetap belajar dan tidak putus asa, beliau penasehatku, beliau yang selalu memberiku dorongan untuktetap optimis. Ketika aku ada masalah di dalam rumah dengan ibu tiriku, beliaulah yang menenangkanku. Aku belajar membaca tulisan arab dengannya.
Ibu Ratna, kepala sekolahku menegurku saat aku duduk terdiam di depan kelas, “neng, sehat? Alhamdulillah, neng makin cantik dengan berhijab, neng betah kan pake hijab?” tanya ibu ratna yang menjabat sebagai kepala sekolah di MA Al-Jihad. “alhamdulillah bu, neng betah pake krudungan, awalnya emang ga betah, gerah bu, tapi sekarang udah kebiasaan jadi lebih nyaman pake krudung, bisa dibilang proses taubat bu hhhe” jawabku sambil menutupi senyumanku dengan buku tulis ditanganku. ibu Ratna merasa senang dengan perubahan ku, bu Ratna masih ingat ketika aku mendaftar ke sekolah aku tidak mengenakan hijab dan berpakaian kurang sopan. Pergaulanku di waktu aku di Madrasah Aliyah jauh lebih baik daripada aku di SMP, aku lebih dekat dengan orang-orang sholeh. Di sekolah aku termasuk siswa yangaktif, aku selalu berpartisipasi dalam kegiatan, aku mengikuti setiap organisasi yang ada di sekolah maupun di luar sekolah. Aku bersama temanku Indi khoir pernah menjadi calon Ketua Osis dan Wakil Osis, namun kami gagal dalam pemilihan karna kurang suara.
Suara di menangkan oleh pasangan Ema dan Shodiq, teman kami yang keduanya unggul di kelas olahraga. Kami terpilih menjadi sekertaris dan bendahara Osis. Indi sebagai bendahara dan aku sebagai sekertaris, sudah cukup bagiku menjadi bagian dari Organisasi tersebut. Aku aktif tergabung dalam sebuah organisasi, aku,Ema dan Indi menjadi perwakilan dari sekolah kami untuk menjadi anggota Dewan Kerja Ranting PramukaCilodong, menjabat selama 5 tahun, namun Indi dan Ema mengundurkan diri dari DKR ketika kami masih duduk di kelas 2 Madrasah Aliyah. Alasannya karna indi tak Percaya Diri dengan teman-teman DKR lainnya yang sudah mempunyai lambang BANTARA di pundak baju mereka. Juga indi terserang sakit selama sebulan. Sedangkan ema aku belum mengetahui alasannya. Bakatku di waktu SMP aku kembangkan di Madrasah Aliyah, aku kembali tergabung menjadi pasukan PASKIBRA dan Volly. Aku paling senang mengikuti perlombaan yang diadakan di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga aku mempunyai banyak teman yang mengenalku di luar sekolah. Kebiasaanku ketika mengikuti perlombaan maupun kegiatan adalah mengumpulkan sertifikat atau piagam dari kegiatan tersebut. Ini adalah piagam ketika aku di duduk di Madrasah Aliyah.

Kamis, 12 November 2015

Selasa, 20 Oktober 2015